Sapa Aruh Sri Sultan Hamengku Buwono X

Sapa Aruh Sri Sultan Hamengku Buwono X

Sapa Aruh ke-1 : Eling Lan Waspada

Sapa Aruh pertama Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk melawan COVID-19 di Bangsal Kepatihan Kompleks Kantor Gubernur DIY, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta, pada Senin (23/3/2020).

Assalammualaikum wr. wb.

Mugi Gusti Allah tansah paring berkah tumraping kita sadaya,
Para warga Ngayogyakarta, uga anak-anakku kang lagi sinau ing omah,
para sedulur kabeh wae,

Ingsun, Hamengku Buwono, ing dina kang kebak was-was lan tidha-tidha iki, nyuwun para warga sami ndedonga konjuk ing ngarsaning Gusti Allah, mugi kita saged enggal kaparingan pepadhang. Ing tanggap darurat awit saka sumebaring virus corona iki, kudu diadhepi kanthi sabar-tawakal, tulus-ikhlas, pasrah lahir-batin, lan kairing ikhtiyar kang tanpa kendhat. Semono uga, kita, kang kajibah ngesuhi para kawula. “Wong sabar rejekine jembar, Ngalah urip luwih berkah”.

Beda karo prastawa lindhu gedhe taun 2006 kang kasat-mata. Saiki, kang aran virus corona iku yen lumebu ing badan kita ora bisa karasa lan tekane uga ora kanyana-nyana. Kita kabeh kudu bisa njaga sehat, laku prihatin, lan uga wajib ngecakake aturan baku saka sumber resmi pamarentah kang wis diumumke ing masarakat. “Gusti paring dalan kanggo sapa wae gelem ndalan”.

Mula pamundhutku, sing padha eling lan waspada. Eling marang Kang Gawe Agesang kanthi “lampah” ratri, zikir wengi, nyuwun pangaksami lan pangayomane Gusti. Waspada kanthi reresik diri lan lingkungane dewe-dewe. Nek krasa kurang sehat kudu ngerti lan narima yen wajib “mengisolasi diri” pribadi sajrone 14 dina. Jaga pribadi. Jaga keluwarga. Jaga paseduluran. Jaga masarakat. Kanthi jaga, rada ngadohi kumpul-kumpul bebarengan yen pancen ora wigati tenan. Bisa uga kita rumangsa sehat, ning ora ana kang bisa mesthekake yen kita bener sehat. Malah bisa uga nggawa bibit lelara. “Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan”. Pamundhutku mung saklimah: ”Sing ngati-ati!”

Mung kita bisa atur pangajab nyuwun kalis ing bebaya lan tulak-sarik, lan uga bisaa tinebihna saka memala kang luwih gede sanggane tumraping kita manungsa.

Pamujiku: “Sehat, sehat, sehat!”. Mugi Gusti Allah ngijabahi. Rahayu kang pinanggih. Aamiin.

Nuwun. Wassalamualaikum wr. wb.

KARATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT,
Senin Pon, 23 Maret 2020, 28 Rejeb taun Wawu 1953

HAMENGKU BUWONO

Terjemahan: 

Semoga kedamaian, keberkahan, dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa menyertai kita semua,

Para warga Yogyakarta, juga anak-anakku yang sedang belajar di rumah,
Saudara-saudaraku semuanya,

Saya, Hamengku Buwono, pada hari-hari ini yang sarat akan ketidakpastian, yang digambarkan oleh Pujangga Wekasan, Ranggawarsito, dalam Serat Kalatidha, suasana tidha-tidha yang sulit diramal, penuh rasa was-was, saya mohon para warga agar bersama-sama memanjatkan doa ke haribaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, agar kita diberi petunjuk di jalan lurus-Nya, kembali pada ketenteraman lahir dan batin.

Di masa tanggap darurat bencana virus corona ini, kita harus menghadapinya dengan sikap sabar-tawakal, tulus-ikhlas, pasrah lahir-batin, disertai ikhtiar yang berkelanjutan. Sama seperti juga bagi saya, yang berkewajiban menjadi pamong praja beserta pamomong rakyat Yogyakarta, harus berpegang teguh pada ajaran Jawa: “Wong sabar rejekine jembar, Ngalah urip luwih berkah”.

Suasana dualistis ini ibarat mata uang logam, di balik “bahaya” ada “peluang”, bagaikan pedang bermata dua, bisa untuk “membunuh musibah” atau “bertahan hidup”. Islam mengajarkan, di balik cobaan hari ini selalu ada berkah yang datang kemudian. Kemudahan memang tampak enak, dan bisa membuat orang terlena. Di mana seorang pengemudi mobil mengantuk? Bukan di jalan sulit dan sempit, tetapi di jalan raya yang mulus. Pepatah Jawa mengatakan: “kêsandhung ing râtâ, kêbêntus ing tawang”.

Saudara-saudaraku Warga Yogya semuanya,

Berbeda dengan bencana gempa tahun 2006 yang kasat-mata. Sekarang ini, virus corona itu jika memasuki badan, tidak bisa kita rasakan, dan menyerangnya pun tak terduga-duga. Menghadapi hal itu, kita selayaknya bisa menjaga kesehatan, laku prihatin, dan juga wajib menjalankan aturan baku dari sumber resmi yang terpercaya. Saya yakin, karena rakyat Yogyakarta memiliki kadar literasi yang tinggi, tentu bisa membedakan mana yang berita hoax serta mana-mana yang benar dan nalar.
Pepatah Jawa kembali mengatakan: “Gusti paring dalan kanggo uwong sing gelem ndalan”.

Karena itu, strategi mitigasi bencana non-alam ini, DIY belum menerapkan “lock-down”. Melainkan “calm-down” untuk menenangkan batin dan menguatkan kepercayaan diri, agar eling lan waspada. Eling atas Sang Maha Pencipta dengan laku spiritual: “lampah” ratri, zikir malam, mohon pengampunan dan pengayoman-Nya.

Waspada, melalui kebijakan “slow-down”, sedapat mungkin memperlambat merebaknya pandemi penyakit corona, dengan cara reresik diri dan lingkungannya sendirisendiri. Kalau merasa kurang sehat harus memiliki kesadaran dan menerima kalau wajib
“mengisolasi diri” pribadi selama 14 hari sama dengan masa inkubasi penyakitnya.

Jaga diri.Jaga keluarga. Jaga persaudaraan. Jaga masyarakat, dengan memberi jarak aman, dan sedapat mungkin menghindari keramaian jika memang tidak mendesak betul. Bisa jadi kita merasa sehat, tapi sesungguhnya tidak ada seorang pun yang bisa memastikan bahwa kita benar-benar sehat. Malah bisa jadi kita yang membawa bibit penyakit. Karena itu saya mengingatkan pada pepatah Jawa lagi: “Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan”. Pesan saya singkat: ”Waspadalah dan berhati-hatilah Saudara-saudaraku!” Doaku buat seluruh warga: “Sehat, sehat, sehat!”. Semoga Gusti Allah berkenan
meridhai-Nya. Amin.

Terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.

KARATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT,

Senin Pon, 23 Maret 2020, 28 Rejeb taun Wawu 1953

HAMENGKU BUWONO

 

Sapa Aruh ke-2 : Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi

Sri Sultan Hamengku Buwono X menyapa masyarakat Yogyakarta secara tertulis di kanal media sosial milik Pemerintah Daerah DIY, Selasa (14/4/2020)

"Ajaran Sultan Agung itu bermakna mengasah ketajaman akal-budi membasuh malapetaka bumi. Relevensinya, kini kita harus meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan, bersamaan dengan melestrikan lingkungan, juga sifat-sifat serakah "3G" golek menange dewe, golek butuhe dewe, golek benere dewe, saatnya dicuci habis. Kini, adalah saat yang tepat untuk mawas diri, apakah kita cuma mementingkan diri sendiri ataukah migunani tumraping liyan? Islam mengajarkan sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang berguna bagi sesama. Maka, eratkanlah kembali budaya gotong royong tidak hanya di desa-desa tetapi juga di kota-kota, tidak hanya pada tradisi sambatan seperti di desa, tetapi juga wujudkanlah dalam mengatasi masalah bersama bangsa ini
 

Sapa Aruh ke-3 : Manekung, Maneges Mring Gusti

Sri Sultan HB X kembali menyapa warga masyarakat DIY dan dipublikasikan Humas Pemda DIY pada Selasa (21/4/2020). Sultan mengajak masyarakat untuk mengintrospeksi diri dan percaya akan bisa mengatasi masa krisis pandemi Covid-19 ini dengan baik.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Momentum ini adalah juga saat untuk kita introspeksi diri. Manekung, maneges mring Gusti, ke haribaan-Nya Yang Maha Pengampun. Saat ini juga mengingatkan saya ketika menggaungkan Maklumat Reformasi di hadapan ratusan ribu orang tahun 1998, bahwa kita akan bisa mengatasi masa krisis dengan baik.

Tuhan telah membuka pintu mata hati kita. Hari ini, banyak diantara kita yang harus berpisah dengan orang orang yang dicinta. Marilah kita mengingat, bahwa derita yang kita rasakan adalah pertanda kita hidup. Pengorbanan yang kita sandang harus terbaca agar kita menjadi kuat, dan bahwa kita tidaklah sendiri.

Untuk maju, kita harus bangkit. Bangkit dari diam, dan bergerak. Bangkit, agar kita berdaya. Bangkit, karena kita percaya. Marilah Saudara-Saudaraku, kita bangkit bersama agar hidup ini lebih bermakna.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”

 

Sumber: KR